Krisis bahan bakar minyak (BBM) paling tidak memicu 3 hal; harga BBM menjadi mahal, terjadi kelangkaan, dan bagi masyarakat akar rumput akan terdorong mencari alternatif lain dengan memakai kayu bakar. Faktor terakhir tentu akan berdampak terhadap kerusakan hutan luar biasa karena penduduk kelompok ini jumlahnya besar.
Dampak
besar akan dialami masyarakat di pulau-pulau kecil yang bertebaran di
seantero wilayah NKRI. Kenapa? Masyarakat ini tinggal di wilayah yang
terisolir dari pusat pertumbuhan ekonomi seperti ibu kota kecamatan,
kabupaten/kota sampai provinsi sehingga spekulasi harga minyak terjadi
tanpa pengawasan.
Apalagi
di wilayah ini tidak ada sama sekali unit-unit pelayanan BBM resmi.
Sehingga harga minyak bisa lebih mahal 4 sampai 5 kali harga resmi
pemerintah. Di Kecamatan Nanusa (wilayah perbatasan) Sulawesi Utara,
sekarang harga minyak tanah mencapai Rp 9.000 per liter.
Gejolak
instabilitas harga BBM tidak menentu tergantung situasi ekonomi dunia.
Oleh karena itu harus diantisipasi melalui kebijakan jangka panjang
sebagai upaya preventif. Tujuannya, mengurangi beban pemerintah dan masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber daya energi di pulau.
Populasi
ternak seperti sapi, kerbau dan babi merupakan salah satu potensi
dimaksud. Sebab, kotoran ternak tersebut dapat dipakai sebagai energi
alternatif biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi anaerob.
Menurut Muthupandi (2007) komponen biogas ini terdiri dari 60
% CH4 (metana), 38 % CO2 (karbon dioksida), dan 2 % N2, O2, H2, dan
H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji dan menjadi sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan.
Untuk memproduksi energi biogas diperlukan sejumlah peralatan atau bahan sederhana sebagai Reaktor Biogaz®Plastik seperti
drum pengumpan (1 unit), reaktor (1 unit, volume 4.000 liter),
penampung biogas (1 unit, volume 2.000 liter), pengaman gas (1 unit),
instalasi (10 meter), dan kompor biogas (1 unit).
Satu unit reaktor membutuhkan bahan baku kotoran sapi sekitar 30 kg per hari. Kebutuhan ini diproduksi oleh 2
-3 ekor sapi per hari yang dapat menghasilkan biogas sekitar 4 m³ per
hari. Jumlah ini setara dengan 2,5 liter minyak tanah per hari dengan
waktu fermentasi sekitar 12 jam. Hasil samping biogas adalah pupuk
sekitar 20 kg per hari.
Menurut Muthupandi (2007), setiap kandungan 1 m³ biogas setara dengan 0,46 kg elpiji, 62 liter minyak tanah, 0,52 liter solar, 0,80 liter bensin, atau 3,50 kg kayu bakar. Keuntungan lain Biogaz®Plastik ini
adalah dapat bertahan selama 8 tahun dan lebih murah dari alat biogas
konventional lainnya di samping mudah dan operasinya sederhana.
Contoh Kasus di Pulau Sapudi
Pada
tahun 2007, Direktorat Pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K), Departemen Kelautan dan Perikanan
telah memasang 800 unit reaktor biogas untuk 800 kepala keluarga (KK) di
Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep. Perinciannya, 400 unit di Kecamatan
Gayam dan 400 unit lainnya di Kecamatan Nonggunong yang tersebar di 17
desa.
Mata
pencaharian utama masyarakat adalah nelayan dan peternak sapi. Di
wilayah ini terdapat sekitar 51.000 ekor sapi yang tersebar di tiga
pulau kecil dan 28 desa.
Rinciannya
Pulau Sapudi dengan 18 desa tersebar sekitar 32.000 ekor. Lalu Pulau
Giliyang (7.220 ekor di 2 desa), dan Pulau Tlango (10.847 ekor di 8
desa). Di pulau-pulau ini, rata-rata terdapat hampir 2.000 ekor sapi per
desa. Untuk mencapai lokasi tersebut dapat menggunakan speedboat dari
Pelabuhan Kalianget selama 3 jam perjalanan.
Karena
tingginya populasi sapi, limbah kotorannya mencemari udara (bau tak
sedap). Di samping itu, gas metana yang dihasilkan cukup banyak sehingga
merusak unsur hara tanah.
Membawa Banyak Manfaat
Rekator
biogas terbukti membawa banyak keuntungan mulai dari ekonomi,
lingkungan, hingga ketahanan sosial. Hal itu ditunjukkan oleh 800 unit
reaktor biogas di Pulau Sapudi tadi.
Berdasarkan
data yang dihimpun tahun 2007, pemakaian minyak tanah di setiap KK per
tahun sebanyak 730 liter. Total pengeluarannya sekitar Rp 2.190.000.
Harga minyak tanah di Pulau Sapudi Rp 3.000/liter.
Sementara itu, keuntungan dari pupuk yang dihasilkan reaktor biogas rata-rata 5.400 kg/tahun. Dengan demikian, pendapatan dari penjualan pupuk sebesar Rp 4.050.000 per tahun (Rp 750/kg).
Jika nilai investasi per unit reaktor sebesar Rp 4.790.000 maka penghematan belanja
minyak tanah per hari (2 liter x Rp 3.000) = Rp 6.000 atau sekitar Rp
180.000 per bulan. Dengan demikian, dalam waktu 26 bulan nilai investasi dapat kembali atau break event point (BEP).
Demikian
halnya keuntungan yang diperoleh oleh pengguna 1 unit biogas selama 8
tahun masa pakai selama 72 bulan (8 x 12 x 0,75). Jika diasumsikan
terjadi loss (kehilangan) sebanyak 25 persen (time correction factor = 0,75) maka keuntungan yang diperoleh sebanyak Rp 8.280.000.
Sementara
itu, manfaat bagi pemerintah, atas dasar data tahun 2007 didapatkan
harga jual minyak tanah tanpa subsidi sebesar Rp 5.665 per liter.
Seperti diketahui, harga minyak tanah bersubsidi Rp 3.000 per liter.
Sehingga selisih harga Rp 2.665 per liter.
Dengan
demikian, setiap keluarga pengguna alat biogas telah meringankan beban
pemerintah sebesar Rp 2 juta per tahun dengan mengalikan selisih harga
dengan konsumsi minyak per KK per tahun. Maka nilai untuk 800 KK sekitar Rp 2 miliar per tahun. Selama 8 tahun pemakaian maka diperoleh beban keringanan sebesar Rp 16 miliar.
Dari sisi lingkungan, rerata kebutuhan 800 KK terhadap kayu bakar (bakau) per tahun sebanyak 4.320 ton. Maka pemakaian reaktor biogas akan menggantikan pemakaian kayu bakar selama 8 tahun sebesar 35 ton.
Itu
berarti sejumlah areal hutan telah diselamatkan selama kurun waktu
tersebut. Di tahun ini akan dilakukan instalasi pada 300 KK di Pulau
Nusa Penida, Bali yang tentu akan semakin memperbesar keringan bagi
pemerintah dan masyarakat. Jika pengembangan energi alternatif ini
dinasionalkan kebijakannya maka nilai manfaat akan lebih masif.
Sumber : http://majalahsamudra.at.ua/news/2009-01-20-18
Di pos oleh Ester Rospita (12/331697/PN/12782)
Di pos oleh Ester Rospita (12/331697/PN/12782)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusANALISIS ARTIKEL CYBER EXTENSION
BalasHapusNama : Fathul Alim
NIM : 12/331644/PN/12736
Golongan : A2
Kelompok : 2
a. Adakah nilai penyuluhan
• Sumber Teknologi / ide : Pemanfaatan biogas sebagai sumber bahan bakar alternative pengganti BBM di pulau-pulau kecil Indonesia terutama disaat krisis BBM.
• Sasaran : masyarakat di pulau-pulau kecil Indonesia (langsung), investor (langsung), lembaga penyuluh (tidak langsung), dan pemerintah (tidak langsung).
• Manfaat :
~ mengetahui pasokan minyak dalam negeri dan segala permasalahannya
~ mengetahui manfaat biogas sebagai alternative BBM dan untuk memproduksi pupuk
~ mengetahui analisis biaya investasi biogas
• Nilai Pendidikan :
~ memberikan pengetahuan masyarakat pulau-pulau kecil di Indonesia mengenai biogas sebagai alternative pengganti BBM yang ramah lingkungan
~ produk lainnya yaitu pupuk yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian bercocok tanam
~ menambah pengetahuan dan minat peternak untuk investasi biogas dengan analisis biaya yang rinci dan menambah pendapatan masyarakat
b. Sebutkan dan Jelaskan nilai berita yang terkandung dalam artikel !
• Timelines : Gagasan ini adalah gagasan baru dan masih jarang di gunakan oleh masyarakat pulau-pulau kecil di Indonesia.
• Consequences : + pengunaan biogas menghemat konsumsi BBM dan meningkatkan pendapatkan masyarakat kepulauan.
• Importance : artikel ini dibutuhkan bagi warga kepulauan karena inovasi biogas ini sangat membantu peternak, petani, dan nelayan yang akan berinvestasi meningkatkan kemakmuran
• Development : inovasi biogas sangat baik untuk pembangunan kepulauan Indonesia dan mengembangkan teknologi ramah lingkungan untuk masa depan.