widget

Kamis, 18 September 2014

Teknologi Aquaponik di Lahan Sempit

Upaya menambah luasan lahan pertanian sebagai solusi peningkatan ketahanan pangan masih menemui banyak kendala. Maka, teknologi aquaponik menjadi salah satu solusi yang potensial untuk dikembangkan, terutama di kawasan perkotaan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta menganggap perlu dilakukan perubahan strategi dalam penyediaan pangan. Salah satu strategi yang ditawarkan Balai ini demi mendukung perubahan tersebut adalah melalui sistem budidaya tanaman yang dipadukan dengan budidaya ikan atau disebut “aquaponik”. Pada sistem ini, dengan luasan lahan yang sama maka akan dapat dihasilkan dua komoditas sekaligus, yakni sayuran dan ikan. Budidaya sayuran, secara langsung akan didukung oleh sistem di bawahnya (ikan) yang menghasilkan sisa pakan dan kotoran yang mengandung hara konsentrasi tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman di atasnya.  Sementara itu, media tanaman dan tanaman yang berada di atasnya akan menyaring air dan mempertahankan kualitas air yang berada di bawahnya.  Kondisi tersebut menyebabkan kualitas air kolam akan tetap baik, bebas dari sisa pakan dan kotoran ikan, sehingga akan mendorong pertumbuhan ikan menjadi baik.
Pada dasarnya, aquaponik adalah sistem produksi pangan berkelanjutan yang menggabungkan budidaya tradisional (membesarkan hewan air seperti lobster, ikan, atau udang dalam bak atau kolam) dengan hidroponik (budidaya tanaman dalam air) di dalam lingkungan simbiosis. Dalam budidaya hewan air, limbah menumpuk di dalam air, sehingga bersifat toksik bagi ikan.  Limbah kaya hara tersebut selanjutnya disirkulasi menuju subsistem hidroponik yang ditanami berbagai jenis tanaman. Setelah itu, air menjadi bersih dan kaya oksigen yang diresirkulasi kembali ke dalam kolam.

Aquaponik terdiri dari dua bagian utama, yakni bagian akuatik (air) untuk pemeliharaan hewan air dan bagian hidroponik untuk menumbuhkan tanaman.

Rabu, 17 September 2014

Biorock Technology sebagai Salah Satu Upaya Alternatif Rehabilitasi Ekosistem Terumbu Karang


Oleh : 
Rifki Furqan, S.St.Pi  30/06/2009


Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki hamparan terumbu karang dengan kuantitas yang cukup besar yaitu sekitar 18 % terumbu karang dunia yang  terdapat di sepanjang garis pantai Indonesia. Sepanjang 95.181 km garis pantai yang menghampar dari ujung barat hingga ujung timur menempatkan Negara tercinta kita ini diakui dunia sebagai pemegang status garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah AS, Kanada dan Rusia. Namun akibat dekatnya letak ekosistem terumbu karang dengan garis pantai membuat ekosistem ini mengalami tekanan yang cukup berat dari masyarakat pesisir setempat. Kegiatan penangkapan ikan menggunakan bom maupun racun sianida merupakan contoh perbuatan tak bertanggungjawab yang sering terjadi. 

Biogas, Penyelamat Krisis BBM di Pulau-Pulau Kecil

Oleh : Alex Retraubun

Krisis bahan bakar minyak (BBM) paling tidak memicu 3 hal; harga BBM menjadi mahal, terjadi kelangkaan, dan bagi masyarakat akar rumput akan terdorong mencari alternatif lain dengan memakai kayu bakar. Faktor terakhir tentu akan berdampak terhadap kerusakan hutan luar biasa karena penduduk kelompok ini jumlahnya besar.  
Dampak besar akan dialami masyarakat di pulau-pulau kecil yang bertebaran di seantero wilayah NKRI. Kenapa? Masyarakat ini tinggal di wilayah yang terisolir dari pusat pertumbuhan ekonomi seperti ibu kota kecamatan, kabupaten/kota sampai provinsi sehingga spekulasi harga minyak terjadi tanpa pengawasan.
Apalagi di wilayah ini tidak ada sama sekali unit-unit pelayanan BBM resmi. Sehingga harga minyak bisa lebih mahal 4 sampai 5 kali harga resmi pemerintah. Di Kecamatan Nanusa (wilayah perbatasan) Sulawesi Utara, sekarang harga minyak tanah mencapai Rp 9.000 per liter.
Gejolak instabilitas harga BBM tidak menentu tergantung situasi ekonomi dunia. Oleh karena itu harus diantisipasi melalui kebijakan jangka panjang sebagai upaya preventif. Tujuannya, mengurangi beban pemerintah dan masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber daya energi di pulau.

Inovasi Teknologi Kolam Budidaya Lele


Inovasi Teknologi Kolam Budidaya Lele 

Inovasi Teknologi  dalam budidaya lele terus mengalami perkembangan, terlebih beberapa tahun belakangan ini, dari setiap sisi perubahan pada teknologi budidaya lele diharapakan mampu meningkatkan produksi dengan cara yang lebih evisien namun tetap evektif, sehingga para pelaku usaha ternak dan budidaya lele lebih bisa dimudahkan lagi untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Dari sekian banyak inovasi teknologi budidaya lele, yang paling menarik adalah tata cara pembuatan kolam, teknologi pembuatan kolam dalam budidaya lele terus mengalami perubahan, yang paling terkenal dan sering dibicarakan belakangan ini adalah teknologi kolam terpal. Selain lebih murah dari sisi ekonomi, perawatan kolam terpal juga relatif lebih mudah dan tetap bisa diandalkan karena dapat menekan angka kerugian benih atau bibit lele, jika dibandingkan dengan kolam lele dari tanah, resiko kerugian para pengusaha budidaya lele akan lebih besar, karena pada kolam tanah banyak terdapat hama dan terkadang terjadi kebocoran yang sulit untuk dideteksi.